Sabtu, 18 September 2010

DERAI AIR MATA

di malam ini
tiada bintang yg menari
mereka malah berlari
bersembunyi
di balik gumpalan mendung hitam yg menyelimuti

setitik demi setitik
gerimis berubah menjadi guyuran hujan
melarutkan taburan debu di atas hamparan tanah yg kering
menguapkan aroma bumi menyatu dalam hembusan angin

dadaku berdesir kala disapa sang petir
aku pun tertunduk
sekilas terlihatlah wajahku di genangan air
ku kepalkan kedua tanganku
sambil menggigil ku ayunkan kakiku tuk melangkah
meskipun goyah

jiwaku tersiksa
walaupun tanpa tetesan air mata
seribu penyesalan atas sebuah pengkhianatan

mimpi indah itu kini telah musnah
secercah senyum di balik kebohongan

tapi aku tak bisa tercampakkan secara sempurna
perlahan
dada ini semakin sesak
memotong separuh nafasku

hatiku terus bergemuruh
gundah
batinku merintih
direjam cemas


BIARKANLAH SAJA MALAM MENANGIS!


di saat ku teringat akan hari itu
ku selipkan jari-jemari
ku katupkan geraham
dan ku ambil nafas panjang
demi harapan di hari esok


aku semakin tersesat
kekalutan ini pun makin menghebat
karena ku pikir aku seorang yg kuat
meski luka ini tetap menyayat
tapi yakinku nanti pastilah kan ku dapat
tuk selalu tersenyum dan mereguk sejuta nikmat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar